November 19, 2020

KSM TMB Jaya Berhasil Ciptakan Pupuk Organik dari Fermentsi Bio-Slurry

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Ternak Makmur Bhumi Jaya binaan PT. Bhumi Jati Power berhasil memproduksi pupuk organik padat dan cair yang dihasilkan dari fermentasi bio-slurry reaktor biogas. Produk pupuk organik tersebut juga sudah melalui uji laboratorium dan diuji coba langsung di area persawahan maupun perkebunan.

Kini, produk organik milik KSM Ternak Makmur Bhumi Jaya binaan PT. Bhumi Jati Power yang bekerja sama dengan Bina Swadaya Konsultan (BSK) tersebut mulai dipasarkan di toko-toko alat tani di sekitar Jepara.

Rifa’i (72) salah satu pemilik sawah mengungkapkan, setelah menggunakan pupuk organik, panennya berhasil mencapai sekitar 1 ton lebih dari yang sebelumnya dalam satu petak berukuran 1.400m2 hanya menghasilkan 8 kwintal.

“Seperti biasa, lahan satu petak biasanya dapat menghasilkan sekitar 8 kwintal, namun panen kemarin setelah pakai pupuk organik menjadi kurang lebih 1 ton,” katanya.

Rifa’i menegaskan, penggunaan pupuk organik juga mampu mengurangi pemakaian pupuk kimia sehingga berdampak pada biaya produksi yang berkurang.

Ketua kelompok KSM TMB Jaya, Mufid (43) menjelaskan, jika pupuk organik memang sudah biasa petani berikan ke sawah atau kebun, namun mayoritas masih berupa kotoran hewan (sapi dan kambing).

“Maka dari itu, jika pupuknya sudah diproses dan diuji kandungannya, tentu hasilnya akan lebih bagus,” tutur Mufid.

Produk pupuk organik padat dan pupuk organik cair produksi kelompok yang sudah melalui proses uji kandungan di Balitan Pati dengan kandungan hara makro hasilnya sebagai berikut:

POC I: Pupuk cair bioslury dengan penyaringan. POC II: Pupuk cair bioslury tanpa penyaringan.

Disampaikan Mufid, rencananya KSM akan memperluas uji coba kepada anggota kelompok yang memiliki lahan untuk dibuat demplot sehingga pupuk organiknya semakin teruji.

“Masih banyak yang belum tahu keunggulan pupuk ini, karena masih terbiasa dengan pupuk kimia, tetapi kami juga tidak menyarankan untuk penghentian pupuk kimia secara drastis karena akan memicu penurunan produksi. Pupuk organik biasanya penyerapannya sedikit memakan waktu, jadi butuh kesabaran,” jelas Mufid.

Menurutnya, jika sudah diuji coba di berbagai jenis tanaman dan jenis lahan akan lebih mudah bagi kelompok untuk mempromosikan pupuk organik.

Dirinya mengakui saat ini banyak petani tertarik menggunakan pupuk organik hasil KSM. Walaupun banyak diminati, namun pihaknya tidak ingin terlalu terburu-buru menjual dalam jumlah besar agar dapat memberikan produk dengan kualitas terbaik.

“Sudah ada beberapa calon pembeli dari Kabupaten Kudus yang juga berkunjung ke KSM untuk membeli sapi, setelah itu tertarik membeli pupuk dalam jumlah besar untuk kebutuhan kebun semangka,” Mufid.

Sambil menunggu kepastian pembelian, kelompok dan tim CSR PT. BJP saat ini tengah merumuskan untuk penyiapan tim unit produksi. Ke depannya, tim disiapkan untuk produksi pupuk dengan skala besar karena musim tanam di Desa Tubanan dan sekitar akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan.

Semangat kelompok melakukan persiapan produksi skala besar patut diapresiasi. Berkat pelatihan berkala dan pendampingan intensif PT. Bhumi Jati Power, KSM TMB Jaya saat ini memiliki kesadaran dan insting berbisnis yang lebih berkembang.

Selain di tingkat Desa, kelompok juga menargetkan pemanfaat produk  Kecamatan di Bangsri. Program Communal Cow Farm (CCF) sejatinya telah menumbuhkan Cipta-Rasa-Karsa dan Karya dalam KSM Ternak Makmur Bhumi Jaya. Selain mampu merasakan peluang dari pupuk organik, kelompok juga menciptakan budaya belajar dan berpikir bersama dengan sebuah karya hasil budi daya pertanian organik.

Sumber : Edisi 2 Buletin CSR PT. Bhumi Jati Power